i’dad awamil harakiyyah

Menggerakkan potensi jama’ah dakwah kita, potensi umat, potensi bangsa, potensi manusia—bagi jama’ah dakwah bukan hanya bi ishdaril awamir (mengeluarkan perintah-perintah), tapi harus bi i’dadil ‘awamil (menyediakan sarana prasarana).

Harakah dakwah mustamirah, gerakan dakwah yang berkelanjutan,tidak mengandalkan ishdarul ‘awamir, tetapi mengandalkan i’dadul ‘awamil al-harakiyah (mempersiapkan faktor-faktor kokohnya pergerakan dakwah)Menggerakkan kader dengan menyediakan sarana prasarana bukan mengeluarkan perintah-perintah.

Jadi tugas kepemimpinan itu bukan memberikan perintah demi perintah. “Ini laksanakan! Tidak ada diskusi, ini instruksi, ayo jalan! Kalau tidak jalan ada ‘iqab (hukuman).” Ini melemahkan kader. Jadinya ada yang berkomentar: “Yah, begini berjama’ah ternyata, dibentak-bentak melulu. Padahal ayah ibu saya tidak pernah marah seperti itu. Padahal dia bukan siapa-siapa, tidak ada jasa apa-apa, marah-marah dan menyuruh-nyuruh.”

Jadi dalam menggerakkan kader dakwah, harus lebih mendahulukan i’dad awamil al-harakiyah. Faktor-faktor yang menggerakkan dakwah itu diantaranya:

Pertama, awamil ruhiyah wal ma’nawiyah, mempersiapkan faktor mental dan spiritual. Kebangkitan semangat, kebangkitan harga diri, kebangkitan optimisme.

Kedua, awamil fikriyah, mempersiapkan faktor idealita dan cita-cita. Cita-cita Islam ini sangat besar, shina’atul hadharah (mencipta peradaban), ustadziyatul ‘alam (menjadi guru dunia). Kita harus siapkan idealita untuk mencapai cita-cita besar itu. Kita hidupkan, kita gelorakan idealita itu. Sudah tentu dengan mengembangkan penguasaan nazhariyat, konsepsi-konsepsi di segala bidang. Sehingga kita mempunyai pakar ekonomi, budaya, ketatanegaraan, lingkungan hidup, tata kota, arsitektur, dan lainnya.

Kita membutuhkan qa’idah al-fikriyah sebagai salah satu usaha i’dadul awamil fikriyah. Sebab idealita tidak mungkin dibangun tanpa kekuatan intelektualitas, tanpa kecerdasan, tanpa dzaka’, agar ide kita terdepan di segala sector.

Kita harus terus mendorong awamil fikriyah sehingga ar-ru’yah al-mustaqbaliyah, visi ke depan kader-kader kita menonjol luar biasa; memahami risalah masiriyah, memahami misi perjuangan gerakan dakwah ini. Juga memahami dan membiasakan ijabiyatu ru’yah, pandangan positif.

Ketiga, awamil idariyah, faktor-faktor manajerial. Jangan sampai kita berjuang, berjihad, berdakwah tanpa manajemen; merasa cukup dengan: “tawakkal ‘ala-Llah.”

Ali radhiyallahu ‘anhu dalam kata-kata mutiaranya mengatakan bahwa al-haqqu bi la nizham yaghlibul bathilu binizham, kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.

Salah satu syarat intizham (keteraturan) adalah adanya langkah-langkah yang termenej dengan baik: manajemen yang terkait dengan menghimpun potensi (idarah tasyji’iyah), manajemen koordinasi (idarah tansiqiyah), manajemen mobilisasi potensi (idarah ta’bawiyah), manajemen pengawasan (idarah riqabiyah), dan juga manajemen reward (idarah jazaiyah).

Keempat, awamil madiyah, sarana finansial atau materi. Dalam Fatawa Ibnu Taimiyah dikatakan, “La khaira fii man laa yuhibbul maala, ya’budu bihii rabbahu wa yuaddi bihii amaanatahu wa yashuunu bihii nafsahu ‘anil khalqi wa yastaghni bihi.” Tidak  ada kebaikan pada diri orang yang tidak suka harta, yang dengannya ia menyembah Tuhannya, menjalankan amanahnya, menjaga kehormatan dirinya dari (meminta-minta) kepada orang lain, dan mencukupkan untuk (kebutuhan) dirinya.

Yang dilarang oleh Al-Qur’an adalah hubban jamman. Cinta yang sangat berlebih-lebihan kepada harta. Itu yang tidak boleh.

Kelima, awamil zharfiyah, faktor kondisi dan situasi. Hal ini bisa dipersiapkan dan dikelola, bisa dimenej, bisa direkayasa. Mempersiapkan situasi dan kondisi, baik zamaniyah, kondisi waktu, maupun makaniyah, kondisi tempat.

Ruang dan waktu diisi oleh manusia. Karena itu untuk mempersiapkan situasi dan kondisi kita harus pandai berkomunikasi dengan orang lain. Harus bisa bertawasul/bersilaturahim dengan orang. Kemudian berta’amul, bekerja sama, dan bertafa’ul, berinteraksi dengan orang. Yatakayyaf ma’annas. Kalau yang dihadapi petani, kaifa yatakayyaf ma’al muzari’in. Kalau yang dihadapi kaum buruh, kaifa yatakayyaf ma’al ‘umal.

Kemampuan tawasul (komunikasi), ta’amul (bekerjasama), dan tafa’ul (interaksi) harus dimiliki oleh setiap kader, ikhwan dan akhwat, agar bisa tahyiatu zhuruf, mempersiapkan situasi dan kondisi yang kondusif bagi kemenangan-kemenangan dakwah yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. [ ]

BACALAH AL QURAN MAKA WAKTUMU BERTAMBAH

Membaca Al-Qur`an tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Silahkan Disimak:

Secara hitungan matematika dunia, membaca Al-Qur`an tampak seakan-akan mengurangi waktu. Dari total 24 jam dalam sehari, seolah-olah berkurang sekian detik, sekian menit atau sekian jam jika digunakan untuk membaca Al-Qur’an.

Tapi, tahukah kamu bahwa waktu yang kamu gunakan untuk membaca Al-Qur’an itu sebenarnya tidak hilang begitu saja. Ia akan diganti oleh Allah dengan keberkahan yang berlipat ganda.

Apa itu Keberkahan?

Keberkahan artinya pertambahan dan pertumbuhan. Wujudnya bisa bermacam-macam. Misalnya, pekerjaanmu beres, produktivitasmu meningkat,

Keuntunganmu bertambah,

Kesehatanmu terjaga dan seterusnya.

Itu adalah wujud keberkahan yang akan diperoleh oleh orang yang membaca Al-Qur’an.

Pernahkah anda mendengar tentang orang yang sibuk dan stress?

Atau 

Orang yang hutangnya tidak lunas-lunas, berhutang terus tidak terputus dgn segala jenis riba (Kartu Kredit dsb) Atau orang yang sedang kebingungan mencari inspirasi? Atau orang yang kesulitan menyelesaikan pekerjaannya dimana target dan tugasnya ngga selesai-selesai?

Atau 

Orang yang waktunya habis sia-sia tanpa produktivitas dan amal shalih?

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang bangun di pagi hari namun HANYA DUNIA yang ada di pikirannya, sehingga seolah-olah dia

tidak melihat HAK ALLAH dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan 4 (empat) penyakit dalam dirinya:

1. Kebingungan, yang tiada putusnya,

2. Kesibukan, yang tidak ada ujungnya,

3. Kebutuhan, yang tidak terpenuhi, dan

4. Keinginan, yang tidak tercapai.”

(HR. Ath Thabrani)

Itu adalah bentuk-bentuk kehilangan umur yang disebabkan tidak berkahnya waktu.

Tahukah kamu bahwa dahulu para ulama bisa menulis karya-karya agung yang jumlahnya melebihi bilangan umur mereka? Padahal saat itu belum ada mesin ketik, apalagi komputer. Semuanya ditulis manual dengan tangan dan peralatan yang sangat sederhana, ditambah kondisi yang lebih sulit daripada kondisi sekarang.

Mengapa mereka bisa??

Jawabnya : Karena waktu mereka penuh berkah.

Dari mana keberkahan itu?

Jawabnya : Dari membaca Al-Qur’an.

Perhatikan kisah berikut:

Ibrahim bin Abdul Wahid Al Maqdisi berwasiat kepada Al Dhiya Al Maqdisi sebelum yang terakhir pergi menuntut ilmu:

Ads by optAd360

“Perbanyaklah membaca Al-Qur’an. Jangan kamu tinggalkan. Karena kemudahan yang akan kamu peroleh dalam pencarianmu akan berbanding lurus dengan kadar yang kamu baca.”

Al Dhiya mengatakan, “Lalu aku renungi hal itu dan aku praktekkan berkali-kali. Setiap kali aku membaca banyak, semakin mudah aku menghafal hadits dan menulisnya. Jika aku tidak membaca, tidak mudah aku melakukannya.”

Jadi, jelaslah bahwa membaca Al-Qur’an membawa keberkahan sehingga waktu yang kita miliki bisa lebih bermakna dengannya.

Terakhir pesan saya:

“Jangan kamu membaca Al-Qur’an di waktu luangmu, tapi luangkanlah waktumu untuk membaca Al- Qur’an.”

Semoga bermanfaat.

Baarakallahu fiikum.

Urusan DUNIA kita harus SABAR.

Urusan AKHIRAT kita harus SADAR bhw kita pasti wafat oleh karenanya ingat bekal amal akhirat.

Kemuliaan Syaban

Sya’ban adalah bulan mulia. Kemuliaannya terletak pada apa yang disampaikan Nabi saw kepada kita :

  1. Syahrun yaghfulun naas, banyak dilalaikan manusia. Sebab ia diapit 2 bulan sangat mulia Rajab dan Ramadhan. Eforia Rajab dan Ramadhan sering melalikan Sya’ban. Maka kemuliaan itu sesungguhnya terletak pada terjaganya kesadaran kita untuk tetap aktif menghadirkan kebaikan. Hari, bulan dan tahun boleh berganti tetapi kebaikan harus tetap lestari, tak kenal henti.Maka bagi mereka tepatlah apa yang difirmankan Allah Taala ” Sesungguhnya Allah akan tetap membersamai mereka yang bertakwa dan berbuat baik.”
  2. Syahrun turfa’u fiihil a’maal, bulan diangkatnya amal dalam setahun untuk dilaporkan kepada Allah swt. dan pelaporan amalan ini ada yang bersifat harian oleh malaikat siang dan malaikat malam, pekanan setiap hari Senin dan kamis, dan tahunan setiap bulan Sya’ban. Ini adalah isyarat penting bagi kita orang-orang beriman bahwa : 1. betapa ketatnya pengawasan 2. betapa rapatnya pelaporan amal . Maka bersegeralah masing-masing diri untuk bermuhasabah atas amal-amalnya sebelum kelak kita dihisab oleh Maha cepat dan teliti hisabnya. Faman waja khairan falyahmadillah, wan wajada ghaira dzaalika falaa yaluumanna illa nafsah
  3. Wa ana Uhibbu an turfa’a amali wa ana shoo-im, dan aku suka saat amalku diangkat dalam keadaan berpuasa.Maka kita dapati keteladan Nabi saw beliau senantiasa puasa seni dan Kamis dan banyak berpuasa di bulan sya’ban
  4. Bulan Syaban adalah bulan turunnya ayat yang memerintahkan umat Islam berpuasa di bulan ramadhan pada tahun ke 8 Hijrah, sekaligus isyarat penting agar kita menyiapkan hati dan jiwa, fisik dan materi untuk menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan . sebgaimana Hadits dan Sayyidina Anas Bin Malik ra

Renungan Umur dan Amal

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, ”Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” (QS 6: 2).

Umur manusia sepenuhnya ditentukan oleh Allah SWT. Manusia hanya dapat menerima keputusan Allah SWT tentang umurnya. Tak seorang pun tau panjang atau pendek umurnya di dunia, dan tak seorang pun tahu ka[an ajalnya tiba.

وما تدري نفس ماذا تكسب غدا وما تدري نفس بأي أرض تموتإ إن الله عليم خبير (لقمان:34)

Manusia juga tidak bisa mengurangi atau menambah umurnya. Jika ajalnya telah tiba, maka tak seorang pun mampu mengundurkannya. Dan, jika ajalnya belum tiba, tak seorang pun mampu mempercepat kematiannya

لكل أمة أجل فإذا جاء أجلهم لا يستأخرون عنه ساعة ولا يستقدمون (الأعراف :34)

Lalu apa yang membuat kita berarti dan punya makna dalam kehidupan? mari sejenak kita renungi apa yang disampaikan baginda Rasulullah saw dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Abi Hurairah ra :

لا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ , وَلا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ ، إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ انْقَطَعَ عَمَلُهُ ، وَإِنَّهُ لا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلا خَيْرًا (رواه مسلم)

”Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa agar cepat mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya.” (HR Muslim)

Pelajaran dari Hadits :

  1. Umur yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah amanat yang harus dijaga dengan baik.
  2. Umur dari kata ‘imarah’ artinya memakmurkan . Maka istilah umur hanya digunakan untuk usia yang dipenuhi dengan kebaikan.
  3. Nilai umur manusia tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat dalam masa hidupnya.

Rasululullah saw kembali menegaskan saat ditanya salah satu sahabat :

وقال رجل : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ ؟ قَالَ : (مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ) قَالَ : فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ ؟ قَالَ : (مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ ) رواه أحمد والترمذي (2330) ، وصححه الألباني في صحيح الترمذي

Saudaraku sekalian…sampai di halte kehidupan 2021 ini mari sejenak merenungi perjalanan kita …:sekedar mengingatkan bahwa :

  1. Sisa waktu kita di dunia semakin sedikit,
  2. Sedangkan di belakang ada hari-hari sangat panjang dan melelahkan

Mari kita bersegera memperbarui taubat dan mengisi hidup dengan kebaikan, jangan terlambat…..

وسارعوا إلى مغفرة من ربكم …..سا بقوا إلى مغفرة من ربكم

3 manusia terbaik

Dalam beberapa hadits, Nabi Muhammad Saw menyatakan beberapa golongan manusia terbaik. Setidaknya ada tiga hadits yang bisa dikumpulkan untuk menjelaskannya.

Pertama, yaitu hadits tentang manusia yang mempelajari Alquran.

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alqur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari).

Kedua, yaitu hadits yang menjelaskan akhlak manusia.

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari).

Ketiga, hadits yang berkaitan dengan membayar utang.

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik ketika membayar utang.” (HR Bukhari).

Menjaga Keikhlasan

Setelah Allah memberikan karunia iman kepada hamba, maka tugas selanjutnya adalah beramal sebagai bukti keimanannya kepada Allah. فقل اعملوا فسيى الله عملكم ورسوله والمؤمنون

Namun, pada tahap implementasinya, ternyata tidak cukup hanya sekedar beramal saja sebab Allah akan menyeleksi setiap amal itu dari niat dan keikhlasannya. الذي خلق الموت والحياة .ليبلوكم أيكم أحسن عملا

Imam al-Ghazali menuturkan, “Setiap manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu akan binasa kecuali orang yang beramal (dengan ilmunya). Orang yang beramal juga binasa kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya). Namun, orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal.”

Oleh karena itu, sangatlah penting untuk berusaha menjaga keikhlasan dari semua amal perbuatan kita kepada Allah SWT.

Pertama, banyak berdoa. Nabi SAW mengajarkan kepada umatnya melalui doa yang sering dipanjatkannya, “Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku pun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR Ahmad).

Nabi Muhammad SAW sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan, padahal beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan.

Kedua, berusaha sedapat mungkin menyembunyikan amal kebaikan. Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain lebih dapat diharapkan keikhlasannya karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali Allah semata. 

Ketiga, Tidak berbangga dengan kebaikan. Sebab kemaksiatan yang berakhir dengan taubat dan rasa takut kepada Allah, lebih baik dari kebaikan yang berakhir dengan rasa bangga. Nabi Adam AS bermaksiat kepada Allah lalu berujung taubat kepada Allah swt, maka Allah terima taubatnya dan masuk ke dalam surga, sedangkan Iblis bangga dengan kebaikan dan ibadahnya selama ribuan tahun hingga merasa lebih baik dari Adam AS, yang berakhir ke neraka

Keempat, takut tidak diterimanya amal. Allah SWT  berfirman:

والذين يؤتون ما آتاوا وقلوبهم وجلة أنهم إلى ربهم راجعون

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS al-Mu’minun [23]: 60).

Dengan sayap takut dan harap inilah seharusnya kita tata hati dan jiwa dalam beribadah kepada Allah agar keikhlasan tetap terjaga.

Empat Ekspresi Cinta Kepada Nabi saw

Ekspresi cintai kepada Nabi SAW akan berbeda pada setiap orang. Namun, tidak sepatutnya dengan cara yang menyalahi kemuliaan akhlaknya.   

Seiring peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal 1442 H, sepatutnya kita merenung ulang ekspresi cinta kita kepada Nabi SAW.

Setidaknya ada empat cara mengekspresikannya yakni pertama, memperbanyak shalawat dalam setiap keadaan. 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab [33]: 56). 

Kedua, mendawamkan sunnah harian seperti sholat tahajud, puasa, dhuha, dan sedekah. 

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Ali Imran [3]: 31). 

Ketiga, mendakwahkan ajaranya kepada umat manusia, terutama mereka yang belum mendapat hidayah Ilahi.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl [16]: 125). 

Keempat, menceritakan sejarah kehidupannya (sirah) dan membela dengan cara yang elegan.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.

Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS al-Fath [48]: 29).

Assalamu alaika ya Rasulallah saw

Manusia adalah musuh dari apa yang tak diketahuhinya. Membiarkan diri mati tak kenal Allah dan Rasulullah saw atau pura-pura tidak tahu adalah level tertinggi kebodohan. itulah mengapa Amr Bin Hisyam kemudian dijuluki Abu Jahal, si bapak bodoh. Fenomena si bodoh Macroon dan Samuel Paty adalah tabiat zaman saat ia tempuh jalan membeo para pendahulu bodoh : Abu jahal, , Walid Bin Mughirah, Musailamah Al Kadzzab, Theo Van Ghogh, Charlie Hebdo, si murtad yang dirobek anjing dll

Sejarah membuktikan bahwa selaksa hinaan, cercaan, cibiran kepada kemuliaan Rasulullah saw laksana kotoran sepenuh bumi yang takkan pernah mampu mengotori samudera luas yang tetap bersih, jernih, bening dan menawan. Selaksa kata-kata dan tuduhan kotor takkan mampu bertahan sedetik pun melawan kokohnya namamu yang tetap terpuji mengiringi kebesaran dan keagungan nama Rabb-Mu yang Maha Perkasa.

“Sekiranya mereka berpaling darimu (wahai Muhammad), maka katakanlah : cukuplah bagiku Allah semata, yang tiada Ilah kecuali Dia, kepada-Nya aku sandarkan segala sesuatu dan Dialah Rabb Arsy yang Agung” . Begitu dahsyatnya ayat ini saat ia bekerja menjungkirbalikkan para pencemooh dan penista kemuliaamu ya Rasulallah. Inilah yang harus diwaspadai para saat segala sesuatu bisa digerakkan untuk merespon para penista dengan izin Allah.

Wahai para penista..saat dirimu sadar berada di jalan ini maka rasakanlah akibat yang telah dirasakan para pendahulumu Abu Jahal, Walid Bin Mughirah, Musailamah Al Kadzzab, Mirza Ghulam Ahmad. Maka hendaknya mereka yang menyelisihi perkaranya merasa takut dengan suatu balasan dan azab yang menyakitkan.

Sampah sejarah itulah akhir para penista, sedangkan Rasulullah saw tetap dengan kemuliaan dan keagungannya. Warafa’naa laka dzikraka, sungguh telah Kami tinggikan bagimu nama dan kemuliaanmu untuk senantiasa disebut, dikenang, diteladani sebagai sulu kehidupan manusia dari jerat-jerat kesesatan.

Ya Rasulallah kutuliskan bait-bait bersahaja ini sebagai upaya membelamu, maafkan atas kelamahan, keterbatasan dan ketidakberdayaan kami untuk membela dan menolongmu….

3 bentuk kedzaliman

Seorang Muslim diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan zalim atau aniaya kepada orang lain dan bagi dirinya sendiri. Allah SWT bahkan menyebut akan memberi azab bagi orang yang zalim.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya surat Al-Furqan ayat ke-19: 

Barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya kami rasakan kepadanya azab yang besar.” 

Kendati demikian, seperti apa bentuk kezaliman yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya? Berikut tiga macam kezaliman yang dilarang Allah SWT: 

1. Kezaliman hamba kepada Rabb-nya

Kezaliman manusia kepada Penciptanya adalah dengan kufur kepada Allah, seperti firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 254:  وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ “Dan orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.”

Ayat lain dalam Alquran juga menyebut kezaliman seorang mahluk juga ditandai dengan berbuat syirik atau menyekutukan Allah dengan zat lain. Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 13: إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ “Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” 

2. Kezaliman kepada sesama manusia

Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia juga merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT. Perbuatan seperti menyinggung kehormatan orang lain, menyakiti tubuh atau hati orang lain hingga mengambil harta orang tanpa alasan yang benar adalah perilaku yang dimurkai Allah. 

Allah menyebut akan mengambil amalan orang yang berbuat zalim dan diberikan kepada orang yang dizalimi. Bahkan akan menimpakan dosa orang yang dizalimi kepada orang yang menzalimi. Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: مَنْ كَانتْ عِنْدَه مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ فَلْيتَحَلَّلْه ِمِنْه الْيَوْمَ قَبْلَ أَلَّا يكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمتِهِ، وإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سيِّئَاتِ صاحِبِهِ، فَحُمِلَ عَلَيْهِ 

“Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal salih, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya.” (HR Bukhari)

3. Zalim terhadap diri sendiri

Kezaliman seorang hamba adalah dengan mengotori dirinya dengan berbagai bentuk dosa, pelanggaran dan keburukan berupa kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 57 yang artinya: وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ  “Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” Tiga perbuatan zalim ini hendaknya dijauhi setiap Muslim agar terhindar dari murka Allah SWT.   

Keutamaan Muharram

Kita berada di salah satu bulan-bulan Allah swt, yaitu bulan Muharram. Dinakaman Muharram sebagai penekanan yang sangat dilarangnya perilaku-perilaku menympang, kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah. Bahkan dahulu orang-orang musyrik Makkah sangat menghormati dan mengagungkannya dengan menghentikan semua perselisihan dan perseteruan di antara mereka. Dan hal ini terus diwariskan sampai Islam datang dan menegaskan kembali akan kemulian dan keagungan

إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر سهرا في كتاب الله يوم خلق السموات ولأرض منها أربعة حرم

Isyarat penting memasuki bulan Muharram adalah :

  1. Dinamakan syahrullah, bulan Allah sebagai isyarat pentingnya kita memperbaiki niat,tujuan dan orientasi amal kita hanya kepada Allah swt, memupuk keikhlasan dan ketulusan dalam bekerja hanya mengharap ridha dan pahala dari Allah semata.
  2. menjauhkan diri dari perilaku dzalim, yang akan mendatangkan kegelapan dunia akhirat. Berbuat dzalim kepada diri sendiri saja dilarang apalagi mendzalimi orang lain, merampas hak orang lain, mencelakai orang lain
  3. Momentum meningkatkan kesadaran sejarah . Bahwa kebenaranlah yang pada akhirnya penjadi pemenang betapapun kuat dan perkasanya sistem kebathilan. Musa vs Firaun
  4. Ungkapan syukur atas kemenangan atas yang bathil dengan berpuasa. 10 Asyura sebagai momentum dan monumen yang akan terus dikenang sepanjang sejarah, dan pembelajaran bagi yang akan datang.
  5. Muharram adalah saat kita melakukan evaluasi sekaligus perencanaan ke depan untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik dan makin bermakna